Sabtu, 17 Desember 2011

NASIONAL - HUMANIORA Sabtu, 17 Desember 2011 , 08:31:00 Penumpang Sakit, Garuda Turun Di Frankfurt JAKARTA - Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 088 tujuan Amsterdam, Belanda, memutuskan untuk mendarat darurat di Bandara Frankfurt, Jerman kemarin. Pasalnya, salah seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda dalam kondisi kritis dan tak sadarkan diri. "Itu standar biasa, kalau ada yang sakit atau kritis tentu harus kita utamakan upaya penyelamatan. Demikian juga yang terjadi saat GA 088 terpaksa mendarat di Frankfurt. Tujuan utamanya tentu untuk melakukan penyelamatan terhadap nyawa penumpang yang kritis itu," ujar Senior Manager Public Relation PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), Iksan Rosan saat dikonfirmasi mengenai hal itu kemarin. Iksan mengatakan, prosedur pendaratan harus segera dilakukan sebagai bagian dari pelayanan terbik kepada penumpang. Hal itu juga merupakan bentuk pelayanan penerbangan yang manusiawi. "Sebab kalau ada penumpang dalam keadaan kritis, tidak mungkin kita biarkan meninggal di pesawat. Pesawat harus turun untuk mencari pertolongan yang memadai," tegasnya. Oleh karena itu dia memandang bahwa pendaratan darurat di Bandara Frankfurt tersebut telah sesuai prosedur yang berlaku. Pilot yang mengetahui penumpangnya dalam keadaan kritis dan tidak memungkinkan untuk diselamatkan dengan peralatan kesehatan yang ada di dalam pesawat harus segera mencari bandara terdekat. "Tentunya bandara yang aman untuk pendaratan," tukasnya. Menurut informasi, penumpang yang sakit adalah seorang wanita berusia 60 tahun berkewarganegaraan Belanda, namun memiliki darah Ambon. Wanita itu diketahui terbang bersama beberapa anggota keluarganya. "Saat dilaporkan sudah dalam keadaan pingsan dan harus segera mendapatkan pertolongan. Tentu itu kejadian yang tidak terduga. Oleh karena itu kami berharap penumpang lain bisa memahami," cetusnya. Pesawat yang berangkat dari bandara Soekarno Hatta Jakrta itu mendarat di Frankfurt pukul 07.50 waktu setempat dan langsung mendapatkan bantuan medis dari dokter bandara. "Petugas paramedis bandara Frankfurt langsung masuk ke kabin dan melakukan upaya penyelamatan dengan CPR. Setelah itu penumpang dievakuasi di Frankfurt, dan pesawat melanjutkan penerbangannya kembali," ungkapnya. Sementara di dalam negeri, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti S Gumay berharap tidak akan terjadi lagi penumpukan pesawat saat jam-jam sibuk. Itu setelah dibentuk Indonesia Slot Coodinator (IDSC) yang bertugas membenahi slot penerbangan. "Perlu pengaturan slot time penerbangan yang baik dan benar, first in-first served, untuk dapat mengurangi penumpukan pada jam-jam sibuk," lanjutnya. Pemerintah, lanjutnya, sangat mendukung keberadaan IDSC sebagai lembaga independen yang akan membenahi slot time penerbangan domestik maupun internasional. Terlebih saat ini pertumbuhan penumpang domestik mencapai 10 persen pertahun dengan penambahan jumlah pesawat sebanyak 800 unit hingga 2014. "Lalu lintasnya (traffic) juga meningkat 135 persen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir," tambahnya. Menurut Herry, kehadiran IDSC akan sangat membantu dalam memperlancar pengaturan penerbangan saat dibukanya ASEAN Open Sky pada tahun 2015 nanti. "Pemerintah melihat peran yang strategis dari IDSC dalam rangka memberikan solusi terbaik pengaturan slot time penerbangan. Walaupun pada tahap awal ini hanya mengoordinasikan slot time penerbangan domestik, ke kami berharap penerbangan internasional juga bisa diatur," lanjutnya. Ketua IDSC, Esty Widyawati menambahkan, sejak dibentuk 29 April 2011 lalu, IDSC telah melakukan sosialisasi, koordinasi mekanisme kerja dan pelatihan kepada pihak maskapai dan pengelola bandar udara. Pada tahap awal ini, IDSC telah menetapkan tujuh bandara sebagai pilot project pengaturan slot time yang baik. "IDSC beranggotakan seluruh stake holder penerbangan nasional," jelasnya. (wir)

NASIONAL - 
Sabtu, 17 Desember 2011 , 08:31:00
Penumpang Sakit, Garuda Turun Di Frankfurt

JAKARTA - Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 088 tujuan Amsterdam, Belanda, memutuskan untuk mendarat darurat di Bandara Frankfurt, Jerman kemarin. Pasalnya, salah seorang penumpang berkewarganegaraan Belanda dalam kondisi kritis dan tak sadarkan diri.

"Itu standar biasa, kalau ada yang sakit atau kritis tentu harus kita utamakan upaya penyelamatan. Demikian juga yang terjadi saat GA 088 terpaksa mendarat di Frankfurt. Tujuan utamanya tentu untuk melakukan penyelamatan terhadap nyawa penumpang yang kritis itu," ujar Senior Manager Public Relation PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), Iksan Rosan saat dikonfirmasi mengenai hal itu kemarin.

Iksan mengatakan, prosedur pendaratan harus segera dilakukan sebagai bagian dari pelayanan terbik kepada penumpang. Hal itu juga merupakan bentuk pelayanan penerbangan yang manusiawi. "Sebab kalau ada penumpang dalam keadaan kritis, tidak mungkin kita biarkan meninggal di pesawat. Pesawat harus turun untuk mencari pertolongan yang memadai," tegasnya.

Oleh karena itu dia memandang bahwa pendaratan darurat di Bandara Frankfurt tersebut telah sesuai prosedur yang berlaku. Pilot yang mengetahui penumpangnya dalam keadaan kritis dan tidak memungkinkan untuk diselamatkan dengan peralatan kesehatan yang ada di dalam pesawat harus segera mencari bandara terdekat. "Tentunya bandara yang aman untuk pendaratan," tukasnya.

Menurut informasi, penumpang yang sakit adalah seorang wanita berusia 60 tahun berkewarganegaraan Belanda, namun memiliki darah Ambon. Wanita itu diketahui terbang bersama beberapa anggota keluarganya. "Saat dilaporkan sudah dalam keadaan pingsan dan harus segera mendapatkan pertolongan. Tentu itu kejadian yang tidak terduga. Oleh karena itu kami berharap penumpang lain bisa memahami," cetusnya.

Pesawat yang berangkat dari bandara Soekarno Hatta Jakrta itu mendarat di Frankfurt pukul 07.50 waktu setempat dan langsung mendapatkan bantuan medis dari dokter bandara. "Petugas paramedis bandara Frankfurt langsung masuk ke kabin dan melakukan upaya penyelamatan dengan CPR. Setelah itu penumpang dievakuasi di Frankfurt, dan pesawat melanjutkan penerbangannya kembali," ungkapnya.

Sementara di dalam negeri, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti S Gumay berharap tidak akan terjadi lagi penumpukan pesawat saat jam-jam sibuk. Itu setelah dibentuk Indonesia Slot Coodinator (IDSC) yang bertugas membenahi slot penerbangan. "Perlu pengaturan slot time penerbangan yang baik dan benar, first in-first served, untuk dapat mengurangi penumpukan pada jam-jam sibuk," lanjutnya.

Pemerintah, lanjutnya, sangat mendukung keberadaan IDSC sebagai lembaga independen yang akan membenahi slot time penerbangan domestik maupun internasional. Terlebih saat ini pertumbuhan penumpang domestik mencapai 10 persen pertahun dengan penambahan jumlah pesawat sebanyak 800 unit hingga 2014. "Lalu lintasnya (traffic) juga meningkat 135 persen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir," tambahnya.

Menurut Herry, kehadiran IDSC akan sangat membantu dalam memperlancar pengaturan penerbangan saat dibukanya ASEAN Open Sky pada tahun 2015 nanti. "Pemerintah melihat peran yang strategis dari IDSC dalam rangka memberikan solusi terbaik pengaturan slot time penerbangan. Walaupun pada tahap awal ini hanya mengoordinasikan slot time penerbangan domestik, ke kami berharap penerbangan internasional juga bisa diatur," lanjutnya.

Ketua IDSC, Esty Widyawati menambahkan, sejak dibentuk 29 April 2011 lalu, IDSC telah melakukan sosialisasi, koordinasi mekanisme kerja dan pelatihan kepada pihak maskapai dan pengelola bandar udara. Pada tahap awal ini, IDSC telah menetapkan tujuh bandara sebagai pilot project pengaturan slot time yang baik. "IDSC beranggotakan seluruh stake holder penerbangan nasional," jelasnya. (wir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar